Sabtu, 23 Agustus 2014

HOARDER. PENIMBUN BARANG. KELAINAN.

Tulisan ini saya buat atas isi hati saya
yang saya alami
dan tidak mampu saya tanggulangi

saya disini adalah putri dan cucu dari seorang hoarders
hoarders barang dan kucing.
yang parahnya adalah hoarding bukan di rumah sendiri
karena tidak memiliki rumah sendiri


saya tidak tahu bagaimana cara mengatasi hal ini
dikarenakan kondisi hoarder di keluarga kami
yang stubborn alias keras kepala


jadi ketika barang-barang itu dibersihkan
jika tidak langsung dibakar
maka
ngga lama kemudian itu barang bakal balik lagi ke rumah

puncak dari kekesalan saya atas hoarder yg dilakukan oleh orang rumah saya adalah
ketika saya akan menikah
kebetulan itu sedang dalam kondisi pindah kontrakan
yang ternyata isinya barang-barang hasil hoarder
dan kebetulan saya juga punya penyakit asma
jika stress sedikit asma saya langsung kumat
sejak itu saya memilih untuk menjauh
dan tidak mau berurusan dengan hoarding yg dilakukan oleh orang rumah saya

hoarding koran kliping.bukan koran baru.tapi koran dari jaman dulu.jaman tahun 90 an.yang udah kuning.
dan hoarding kucing. lebih tepatnya hoarding tai kucing.




apa sih hoarder itu

nanti saya akan tuliskan detail nya
saya ambil file dan saya tuliskan sumbernya

kalo pengen lihat contoh hoarder
ini link nya
http://www.youtube.com/watch?v=M8xEEVmLWZU


saya sendiri menjadi hoarder buku  dan hoarder digital
hoarder buku karena jaman kuliah saya susah banget
begitu kerja punya uang sendiri jadi pengen punya buku sendiri
yang notabene sampe detik sekarang hanya beberapa dari buku yg saya beli itu saya baca sampai tamat

saya hoarder digital
file di komputer saya selalu penuh
bahkan harddisk nyaris 4 tera itu juga full movie




berikut ini penjelasan dari apa sih hoarder itu.


1.http://female.kompas.com/read/2009/07/08/14445439/Hoarder..Si.Penimbun.Barang
Suvenir dari resepsi perkawinan, termasuk yang sering ditimbun di rumah.
KOMPAS.com - Si dia kesal dengan kebiasaan Anda menyimpan barang-barang yang sudah belasan tahun menumpuk di lemari Anda. Anda enggan membuangnya, soalnya barang-barang itu kan bernilai sentimental?
Sah-sah saja bila kita menyimpan barang-barang yang dianggap memiliki nilai kenangan. Entah yang diberikan orang lain atau berupa suvenir yang kita beli saat berwisata. Atau, buku-buku yang dianggap sebagai koleksi berharga, karena kita suka membaca. Yang perlu diwaspadai, kecenderungan terlalu terikat pada benda-benda itu secara emosional. Mari kita bayangkan, suatu hari barang-barang tersebut tidak lagi bisa kita pegang dan miliki. Apa lantas memori kita ikut menghilang?
Take it? Kita boleh saja terus menyimpan barang bernilai sentimental. Namun, psikolog Toge Aprilianto, M.Psi, menyarankan agar urusan ini jangan sampai mengganggu kehidupan yang sedang dijalani, dan di masa datang. Penelitian terakhir menyatakan, mereka yang mengidap gangguan obsesif kompulsif punya kecenderungan untuk menyimpan barang secara berlebihan. Para penimbun barang ini (atau dikenal dengan istilah hoarder) cenderung bersikap emosional dan sentimental terhadap barang-barangnya.
"Bahkan, benda biasa bisa dianggap bagaikan perhiasan," kata Nicholas Maltby, psikolog yang meneliti fenomena penimbun kompulsif dari Institute of Living, Hartford.
Leave it? Bila kita kini sepakat untuk mulai melepaskan ikatan tak perlu dengan barang-barang yang dimiliki, itu juga baik. Sebab, kita sadar bahwa yang terpenting bukanlah barangnya. Melainkan, kenangan indah yang terus terpatri di benak kita.
"Pastikan nilai kenangan benda itu sudah terwakili oleh obyek lain, yang bukan berupa barang," imbuh Toge.

2. http://intisari-online.com/read/anda-sakit-jiwa-jika-sering-menimbun-barang
ntisari-Online.com - Tumpukan koran bekas, berkas-berkas kerja, atau sekumpulan boneka Barbie bisa saja tampak seperti koleksi yang tidak berbahaya. Namun saat koleksi tersebut sudah lebih mirip sebagai timbunan barang yang tidak berguna, kebiasan tersebut mungkin bergeser menjadi patologi.
Sebelum diluncurkannya panduan kesehatan jiwa terbaru dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) edisi kelima, menimbun dianggap sebagai salah satuobsessive-compulsive disorder (OCD) atau gangguan obesesif-kompulsif. Namun kini para psikolog menilai mengumpulkan barang-barang tidak bernilai secara berlebihan ke dalam diagnosis tersendiri, yaitu gangguan menimbun atau hoarding disorder.
Orang yang mengalami gangguan menimbun biasanya tergantung pada barang-barang karena mereka takut suatu saat membutuhkannya. Mereka juga kadang menilai suatu barang terlalu tinggi dari yang seharusnya.
“Mengoleksi dianggap normal karena diisi oleh barang-barang yang memiliki nilai, sedangkan menimbun diisi oleh barang-barang yang bisa disebut sampah,” ujar Robin Rosenberg, psikolog klinis sekaligus penulis Abnormal Psychology.
Tidak seperti kolektor, penimbun tidak membatasi dirinya. “Kolektor akan menjual koleksinya jika ruangan dirasa sudah tidak bisa menampung, sedangkan penimbun akan terus mengisi ruangan tersebut hingga benar-benar penuh,” tambah Rosenberg.
Ini dianggap gangguan karena bisa menimbulkan bahaya. Tumpukan kertas tua dapat dengan mudah memicu kebakaran yang bisa saja menimbulkan korban jiwa. Mengumpulkan barang-barang yang tergolong sampah juga bisa menciptakan habitat bagi serangga dan hewan pengerat.
“Orang-orang benar-benar bisa dilumpuhkan oleh ketidakmampuan mereka untuk membuang segala barang-barang yang bisa menimbulkan bahaya bagi, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain,” tegas Rosenberg. (LiveScience)

3. http://www.kaskus.co.id/thread/51695d2f7b12431374000008/hoarders-penyakit-aneh-buat-orang-yang-suka-nimbun-barang

Hoarders atau penimbun sampah adalah suatu penyakit kejiwaan 

Compulsive Hoarding; suatu penyakit jiwa yang membuat orang pengen memiliki banyak barang dan sulit membuang barang meskipun barang tersebut gak mereka butuhkan. Akibatnya, karna mereka terus menerus membeli barang sedangkan barang-barang lamanya gak dibuang, maka menumpuk deh sampai menggunung dan memenuhi rumah dan bahkan ada yg sampai luber ke halaman segala. Dibilang sakit jiwa karena mereka ini seperti punya keterikatan sama barang-barang yg mereka miliki, meskipun gak pernah mereka pake. Jadi kalau mau ngebuang tuh mereka bisa sedih banget dan terguncang jiwanya

Yang lebih parah Gan, saking numpuknya barang atau sampah di rumah mereka, bahkan bisa membahayakan jiwa mereka.

Penelitian tahun 2004 di Universitas Iowa juga menunjukkan bahwa kerusakan bagian depan otak bisa menyebabkan terhambatnya proses pengambilan keputusan dan juga gangguan emosional. Sedangkan kerusakan permukaan otak bagian kanan depan akan menyebabkan compulsive hoarding.

Compulsive Hoarding juga ada level2nya Gan. Dari Level I yang dibilang masih ‘biasa’ dan belum butuh bantuan khusus, sampai Level V yang butuh bantuan psikiater. Untuk pengobatannya juga dibutuhkan obat2an khusus utk yg Level V. Jenis2 Compulsive Hoarding juga gak terbatas sama sampah2 barang2 rumah tangga tapi juga bisa ini nih Gan:

1. Book hoarding: buat yg ngumpulin buku2 yg sebenarnya dia gak minat baca, atau buku yang sama sampai beberapa biji, dan tentunya bikin rumahnya jd berantakan.
2. Digital hoarding: ngumpulin file dan data Di PC/Smartphone secara serampangan, gak penting dan menuhin hard- disc komputer aja. 
3. Animal hoarding: Seorang Hoarder Yang Suka Ngumpulin Banyak Binatang,, Bahkan Hingga Tidak Terurus.

Kalau di Amerika Gan, rumah2 hoarders ini kalau ketahuan sama pihak berwajib, pemiliknya akan disuruh beresin atau mereka diusir dari rumah tersebut. Soalnya memang akan membahayakan baik buat penghuninya maupun utk tetangga2nya (rawan kebakaran soalnya Gan). Biasanya, hoarders gak akan sanggup buat bersihin rumah mereka sendiri. Akhirnya mereka akan dipaksa, biasanya oleh keluarga mereka utk memakai jasa psikolog/psikiater yang akan memandu mereka utk membersihkan rumah mereka, juga jasa tim petugas pembersih yg khusus menangani kasus2 kayak begini. 

Kalau mau liat sendiri videonya, bisa cek ke TKP ya Gan: http://www.aetv.com/hoarders/video/

Buat semua pembaca Untuk mengatasi penyakit gila ini Bisa dengan cara menyisihkan waktu luang kita untuk fokus membersihkan barang rongsokan tersebut seperti mengumpulkan barang itu dalam satu kardus besar, lalu kalau memang bisa dijual ya dijual saja ke tukang beling 

Pada saat membersihkan usahakanlah si hoarder didampingi oleh seseorang yang waras yang dapat menyadarkan si hoarder itu bahwa barang-barang rongsokan itu memang sudah waktunya dibuang dantidak baik juga untuk kesehatan jiwa dan raga.
Dan tahukah Anda, ternyata bila kita berhasil menyingkirkan barang-barang bekas itu, rasanya lega luarbiasa. Kamar atau ruangan kita jadi lebih luas, segala yang menyakitkan mata sudah dienyahkan. Lakukanlah lalu perhatikanlah apa yang terjadi



4. http://indofiles.web.id/showthread.php/86696-Apakah-Anda-seorang-hoarder
Seringkali kita kesulitan membuang barang-barang yang sudah tidak diperlukan, alasannya bisa jadi karena barang tersebut menyimpan kenangan indah. Tetapi jika kebiasaan itu menyebabkan rumah Anda dipenuhi barang yang sebenarnya sudah tidak berguna, maka para ahli mengatakan Anda termasuk seorang ‘hoarder’ yang kompulsif atau gemar melakukan ‘hoarding’ secara tak terkendali.

Di Australia, ‘hoarding’ secara kompulsif ini dianggap sebagai salah satu gangguan kesehatan serius yang berhubungan dengan mental. Para penderita gangguan ini sering mengumpulkan barang tak berguna, menyebabkan rumah mereka kotor dan penuh, bahkan sampai tidak ada ruang untuk bergerak.
Salah satu “kelanjutan” dari sakit pikiran alias stress, yang cukup banyak jumlahnya di Amerika adalah apa yang disebut HOARDING, dan pelakunya disebut kaum HOARDER.. Ini adalah sebuah syndrome, yang ‘penampakan” dari luar adalah, seseorang ini mempunyai kebiasaan “nyusuh” (bahasa Jawa) yang artinya adalah kebiasaan menimbun barang-barang apa pun di dalam rumahnya, sampai-sampai rumahnya-asli deh…- seperti TPA, alias Tempat Pembuangan Akhir sampah.

Bukan cuma itu, kadang dia juga memelihara pet yang beranak pinak, tanpa perlakuan yang selayaknya bagi petnya tersebut, seperti imunisasi, kebersihan kandangnya, kelayakan makanannya, dan lain-lain. Sebagai catatan, pet di Amerika, biasanya anjing atau kucing, bisa dibilang mendapat hak yang SAMA dengan manusia. Soal makanan, kesehatan, asuransi, kecantikan, gak boleh stress juga, maka harus diajak jalan-jalan, disekolahkan…

Apa kata ahli jiwa mengenai syndrome ini?

Seorang ahli Jiwa yang diwawancarai di TV berkaitan dengan penayangan soal Hoarder ini, menyebutkan, bahwa ini adalah “common illness in America”. Ini mungkin adalah bentuk dari Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ini bukanlah kemalasan, tapi memang sebuah gangguan kejiwaan, yang gak akan sembuh, kecuali dia diberi perlakuan atau diterapi.



5. http://batangpinsil.blogspot.com/2009/03/hoarding-sakit-gila-no28.html

HOARDING : SAKIT GILA NO.28



Oleh: Nurul Fauziah
Sebelumnya saya mau tanya apakah pembaca telah melahap Novel Best Seller abad ini : Laskar Pelangi?

Mungkin ada yang belum (maksudnya belum dua kali bacanya ) ada yang sudah dan lain-lain.

Masih ingat dengan sepotong kisah dari novel itu yang menceritakan teori tentang panyakit gila yang dibuat ibu si Ikal?

Baiklah jika Anda tidak ingat, saya akan mencoba memanggil ingatan Anda itu.
Begini isi teori itu:
“Saat itulah aku mendengar untuk pertama kalinya teori canggih ibuku tentang penyakit gila. Gila itu ada 44 macam, semakin kecil nomornya semakimparah gilanya Gila yang menduduki urutan no.1 adalah orang-orang yang sudah tak berpakaian lagi dan lupa diri di jalan”.Yang akan saya bahas bukan ke 44 sakit gila tersebut satu persatu. Tapi saya akan membahas sakit gila no.28, Hoarding.

Sekilas Tentang Hoarding


Saya sadar saya bukan ahli psikologi, tapi saya mencoba menelusuri untuk Anda gejala psikologi ini walaupun tak sampai sedetil mungkin. Karena mau tak mau sakit gilaini akan atau sedang menyerang kita dan orang-orang sekitar kita hanya saja kita tidak menyadari hal itu.

Kata Hoarding menurut kamus Inggris-Indonesia karangan John M.Echol dan Hassan Shadily: menimbun, dari kata dasar Hoard yang artinya timbun.

Hoarding adalah sebuah gejala psikologis yang ditandai dengan hobi aneh mengumpulkan barang-barang rongsokan tak berguna tapi sayang dibuang. Pelaku Hoarding disebut Hoarder.
Ada-ada saja gejala psikologis aneh yang dialami manusia akhir zaman ini.

Memang tanpa disadari gejala ini telah mengidap di diri saya sendiri seperti suka mengumpulkan bangkai-bangkai pulpen yang tintanya sudah habis lalu mengumpulkan buku-buku pelajaran waktu saya klas 1 SD pun masih ada bertumpuk di rak di sudut kamar.Kalau nenek saya hobi mengumpulkan tempat bedak yang isinya sudah habis. Kalau Anda apakah punya pengalaman gila juga?

Pertanyaannya adalah kenapa tidak dibuang, dijual atau disumbangkan saja?. Itulah hebatnya Hoarding. Dan jawaban yang keluar dari si hoarder adalah “jangan dibuang suatu saat itu pasti akan berguna atau jangan! Itu masih di pake”. Kan gila gak tu namanya?, yang ada malah merusak pandangan dan menyempitkan ruangan.

Obat Penyakit Gila No.28

Di Amerika, para hoarder yang suka mengumpulkan hewan peliharaan sampai membentuk sebuah tim, tepatnya “Hoarding Prevention Team’, dengan adanya tim atau komunitas dapat membantu para hoarder pengumpul hewan ini untuk mencegah mereka mengumpulkan hewan pelliharaan lebih banyak lagi. Bukannya dilarang untuk memelihara hewan peliharaan dalam jumlah banyak sampai bisa buka kebun binatang mini, tapi masalahnya kebanyakan para hoarder ini tidak merawat hewan-hewan tersebut dengan baik dan susah bagi para hoarder untuk mengikhlaskan hewan peliharaan tersebut pergi.

Solusi dari saya, untuk saya dan semua pembaca dalam mengatasi penyakit gila ini dengan cara menyisihkan waktu luang kita untuk focus membersihkan barang rongsokan tersebut seperti mengumpulkan barang itu dalam satu kardus besar, lalu kalau memang bisa dijual ya dijual saja ke tukang botot.

Pada saat membersihkan usahakanlah si hoarder didampingi oleh seseorang yang waras yang dapat menyadarkan si hoarder itu bahwa barang-barang rongsokan itu memang sudah waktunya dibuang dantidak baik juga untuk kesehatan jiwa dan raga.

Dan tahukah Anda, ternyata bila kita berhasil menyingkirkan barang-barang bekas itu, rasanya lega luarbiasa. Kamar atau ruangan kita jadi lebih luas, segala yang menyakitkan mata sudah dienyahkan. Lakukanlah lalu perhatikanlah apa yang terjadi, begitu kata Pak Mario Teguh menutup acaranya.



1 komentar:

  1. Menarik sekali bahasannya, mbak. Apakah hoarding buku dan file digital-nya masih dilakukan? Suami keberatan, nggak? Saya pengen tahu cerita selanjutnya ^_^

    BalasHapus